Rabu, 16 Juli 2014

essay: Mengembangkan Keterampilan Berfikir




Mengembangkan Keterampilan Berfikir

Negara Indonesia termasuk negara yang sedang berkembang. Negara maju dan negara berkembang tidak ada perbedaan dalam sistem pendidikannya. Yang berbeda hanyalah cara guru dalam mengajar. Sebelum ada kurikulum 2013 guru sibuk untuk mengajar dengan cara menstransfer ilmu di kelas agar intelektual siswa bertambah namun karena siswa jenuh dan bosan sehingga semua menjadi sia-sia. Keterampilan seorang guru sangat penting dalam membangun suasana kelas yang nyaman bagi siswa. Namun dalam mendidik, siswa tidak hanya disodori dengan segudang materi dengan penjelasan yang panjang lebar sehingga membuat siswa jenuh bahkan beberapa hari kedepan bisa saja materi yang baru saja diajarkan sudah lupa. Dengan adanya inovasi dalam cara penyampaian pelajaran kepada siswa maka akan membuat siswa merasa senang dengan guru itu lalu akan menyukai pelajaran itu. Cara berfikir siswa biasanya lebih kepada hafalannya, bukan pada mengerti atau tidaknya suatu materi atau bahkan hanya mengejar nilai saja. Memang benar ada materi yang harus dihafalkan, namun hafalan itu bisa diganti dengan membuat contoh yang bisa dibuat dari pikiran siswa sendiri yang sesuai dengan tujuan dari kurikulum 2013 saat ini yaitu, mengajarkan siswa agar lebih produktif, kreatif, inovatif, afektif. Jadi siswa yang malas akan tetap malas tanpa adanya inovasi pembelajaran. Sebenarnya apa tujuan guru memberi tugas? Untuk nilai atau agar siswanya mengerti materi yang ditugaskan? Kebanyakan para siswa akan memilih pekerjaan instan, yaitu menyalin pekerjaan temannya atau copy-paste dari internet. Apa bedanya tanda tangan yang diberikan guru untuk tugas seorang siswa yang menyalin tugasnya dari teman dengan hasilnya sendiri? Apa istimewanya tanda tangan yang diberikan guru untuk tugas yang dikerjakan asal-asalan dengan tugas yang dikerjakan sungguh-sungguh hingga mereka mengerti? Lalu hasil apa yang didapat siswa itu setelah beberapa hari kedepan? Semua serasa tidak ada artinya.
            Kreativitas atau berfikir kreatif diartikan sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyalesaian terhadap suatu masalah. Disekolah biasanya menekankan pengetahuan, ingatan, atau cara-cara untuk berfikir logis yang hanya ada satu jawaban yang paling tepat. Kebiasaan inilah yang sering mengahambat kreativitas seorang anak. Berpikir dapat terjadi karena ada sebuah masalah yang harus dipecahkan, oleh karena itu berfikir selalu berubah sejalan informasi yang sudah diterima siswa. Semakin banyak informasi yang didapatkan oleh siswa dengan caranya sendiri maka proses belajar akan semakin berhasil. Untuk mewujudkan pendidikan seutuhnya maka proses mendidik dan pembelajaran perlu dilakukan di dalam proses kegiatan belajar dari bayi hingga sampai akhir hayat. Artinya pendidikan informal, formal dan non formal akan sangat mempengaruhi pola pikir dan perilaku siswa. Belajar itu tidak hanya sekadar mendengar, melihat, dan duduk manis saja. Namun, lebih mengarah kepada perbuatan atau bisa jadi diterapkan dalam kehidupan. Apakah setiap materi yang telah kita terima selalu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari? Saya yakin tidak semua menerapkan hal itu. Namun, dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari maka secara tidak langsung otak kita akan mengingat hal itu. Jadi kita tidak perlu menghafal buku setebal novel harry potter. Jika ada orang tua yang bertanya mengapa harus sekolah? Jawabannya, untuk menjadi manusia seutuhnya. Dengan sekolah kita menjadi tahu adaptasi, norma, adat, cara menghadapi orang lain, mengetahui segalanya. Jadi orang tua salah statement jika berfikir seperti itu. Orang yang berpendidikan akan berbeda dengan yang tidak berpendidikan. Orang berpendidikan tidak mudah diprofokasi, malah akan mewarnai masyarakat. Orang berpendidikan akan berfikir logis. Sekolah  bukan untuk mencari pekerjaan. Pekerjaan hanya dampak dari proses belajar kita yang berhasil. Sekolah itu untuk menjadi manusia seutuhnya, punya pengalaman untuk bekal hidup. Dengan sekolah, pendidik akan mempersiapkan siswanya untuk siap mengahadapi dunia. Dalam mempersiapkan hal ini, seorang guru harus pintar dalam memilih konsep, dan media dalam pembelajaran agar siswa dapat berfikir kreatif. Untuk memancing siswa agar berfikir, maka perlu disusun suatu pembelajaran yang menyenangkan namun mampu mengasah kreatifitas siswa.  Sebagai guru kita dapat memberikan suatu masalah agar siswa itu dapat berfikir kritis. Namun sebelumnya guru memberikan penjelasan sedikit saja mengenai bab yang akan diajarkan lalu memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam memecahkan masalah yag dipilih. Disini siswalah yang bekerja, namun sesekali guru juga harus turut membantu mengkoordinir siswanya dalam mengumpulkan informasi yang sesuai  dengan masalah, serta siswa juga bisa melaksanakan suatu percobaan kecil agar mengetahui pemecahan masalahnya. Dengan kegiatan ini maka guru memberikan banyak kesempatan kepada muridnya untuk berfikir kreatif, inovatif, dan produktif. Dengan belajar seperti ini maka akan mengasah kecepatan siswa dalam berfikir, melatih kecapakapan siswa. Apakah tidak ada hambatan dalam melakukan kegiatan berfikir seperti ini? Tentu ada. Hambatannya ada pada diri siswa sendiri, seperti malu bertanya pada guru atau teman, takut ide yang akan ia sampaikan dikritik oleh temannya, takut karena ide yang akan ia sampaikan tidak sebagus temannya. Dengan seperti ini maka siswa tidak akan lupa mengenai pelajaran yang ia dapatkan. Namun dalam pembagian kelompok untuk pembelajaran seperti ini, guru bisa membuat suatu strategi. Misalnya dalam satu kelompok itu terdiri dari anak yang cerdas, medium, laki-laki, perempuan, agar siswa yang memiliki intelektual medium ini dapat berkembang serta tidak merasa malu. Biasanya siswa malu jika bertanya pada gurunya, maka dengan cara ini siswa yang cerdas dapat mengajari siswa yang medium.  Bisa juga dengan kegiatan bermain sambil belajar. Jadi sebelum guru memberikan materi yang akan diajarkan, siswa diajak untuk bermainan permainan yang bersangkutan dengan materi yang akan diajarkan. Nah dengan begini siswa akan merasa senang, karena mendengar kata bermain saja siswa pasti sudah merasa penasaran permaian apa yang akan diberikan oleh guru. Meski tak semua pelajaran dapat dibuat permainan, namun sebisa mungkin guru memberikan waktu dimana untuk bersantai sejenak. Karena tidak mungkin dengan waktu sembilan puluh menit full siswa akan menyerap materi pelajaran itu. Bersantai sejenak disini bukan diartikan istirahat lalu tidak melakukan kegiatan, namun saat pembelajaran bisa diselingi music, film, dan lain-lain. Jika kegiatan belajar-mengajar dilakukan dengan metode seperti ini maka siswa akan merasa senang, serta memahami materi tersebut. Jadi kurikulum 2013 ini sangat mendukung siswa untuk selalu berfikir kreatif, tidak hanya terfokus dengan pemikiran yang itu-itu saja atau harus sama dengan pemikiran yang ada di buku. Siswa dapat mengembangkannya sendiri dengan bahasa mereka sendiri, dengan pola pikir yang berbada dengan sudut pandang yang berbeda. Siswa tidak diajarkan untuk berfikirhanya pada satu sudut saja, namun juga diajarkan melihat dari banyak sudut.  
            Meski kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap dan mendapat banyak pro dan kontra, namun kurikulum ini dapat meningkatkan efektifitas berfikir siswa. Karena dalam kurikulum ini terdapat tambahan jam pelajaran yang dulunya 26 jam dalam seminggu, kini menjadi 30 jam dalam seminggu. Sehingga guru mempunyai banyak waktu disekolah untuk memberi tambahan pelajaran pada siswa. Meski membingungkan banyak pihak mengenai kurikulum 2013, namun yang namanya perubahan itu selalu menuju pada kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar