Mengembangkan Keterampilan Berfikir
Negara Indonesia
termasuk negara yang sedang berkembang. Negara maju dan negara berkembang tidak
ada perbedaan dalam sistem pendidikannya. Yang berbeda hanyalah cara guru dalam
mengajar. Sebelum ada kurikulum 2013 guru sibuk untuk mengajar dengan cara menstransfer
ilmu di kelas agar intelektual siswa bertambah namun karena siswa jenuh dan bosan
sehingga semua menjadi sia-sia. Keterampilan seorang guru sangat penting dalam
membangun suasana kelas yang nyaman bagi siswa. Namun dalam mendidik, siswa tidak
hanya disodori dengan segudang materi dengan penjelasan yang panjang lebar
sehingga membuat siswa jenuh bahkan beberapa hari kedepan bisa saja materi yang
baru saja diajarkan sudah lupa. Dengan adanya inovasi dalam cara penyampaian
pelajaran kepada siswa maka akan membuat siswa merasa senang dengan guru itu
lalu akan menyukai pelajaran itu. Cara berfikir siswa biasanya lebih kepada
hafalannya, bukan pada mengerti atau tidaknya suatu materi atau bahkan hanya
mengejar nilai saja. Memang benar ada materi yang harus dihafalkan, namun
hafalan itu bisa diganti dengan membuat contoh yang bisa dibuat dari pikiran
siswa sendiri yang sesuai dengan tujuan dari kurikulum 2013 saat ini yaitu,
mengajarkan siswa agar lebih produktif, kreatif, inovatif, afektif. Jadi siswa
yang malas akan tetap malas tanpa adanya inovasi pembelajaran. Sebenarnya apa tujuan guru memberi
tugas? Untuk nilai atau agar siswanya mengerti materi yang ditugaskan?
Kebanyakan para siswa akan memilih pekerjaan instan, yaitu menyalin pekerjaan
temannya atau copy-paste dari
internet. Apa bedanya tanda tangan yang diberikan guru untuk tugas seorang
siswa yang menyalin tugasnya dari teman dengan hasilnya sendiri? Apa
istimewanya tanda tangan yang diberikan guru untuk tugas yang dikerjakan asal-asalan
dengan tugas yang dikerjakan sungguh-sungguh hingga mereka mengerti? Lalu hasil
apa yang didapat siswa itu setelah beberapa hari kedepan? Semua serasa tidak
ada artinya.
Kreativitas atau berfikir kreatif
diartikan sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan
penyalesaian terhadap suatu masalah. Disekolah biasanya menekankan pengetahuan,
ingatan, atau cara-cara untuk berfikir logis yang hanya ada satu jawaban yang
paling tepat. Kebiasaan inilah yang sering mengahambat kreativitas seorang
anak. Berpikir dapat terjadi karena ada sebuah masalah yang harus dipecahkan,
oleh karena itu berfikir selalu berubah sejalan informasi yang sudah diterima
siswa. Semakin banyak informasi yang didapatkan oleh siswa dengan caranya
sendiri maka proses belajar akan semakin berhasil. Untuk mewujudkan pendidikan
seutuhnya maka proses mendidik dan pembelajaran perlu dilakukan di dalam proses
kegiatan belajar dari bayi hingga sampai akhir hayat. Artinya pendidikan
informal, formal dan non formal akan sangat mempengaruhi pola pikir dan perilaku
siswa. Belajar itu tidak hanya sekadar mendengar, melihat, dan duduk manis
saja. Namun, lebih mengarah kepada perbuatan atau bisa jadi diterapkan dalam
kehidupan. Apakah setiap materi yang telah kita terima selalu kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari? Saya yakin tidak semua menerapkan hal itu. Namun,
dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari maka secara tidak langsung otak
kita akan mengingat hal itu. Jadi kita tidak perlu menghafal buku setebal novel
harry potter. Jika ada orang tua yang bertanya mengapa harus sekolah? Jawabannya,
untuk menjadi manusia seutuhnya. Dengan sekolah kita menjadi tahu adaptasi,
norma, adat, cara menghadapi orang lain, mengetahui segalanya. Jadi orang tua
salah statement jika berfikir seperti itu. Orang yang berpendidikan akan
berbeda dengan yang tidak berpendidikan. Orang berpendidikan tidak mudah
diprofokasi, malah akan mewarnai masyarakat. Orang berpendidikan akan berfikir
logis. Sekolah bukan untuk mencari pekerjaan.
Pekerjaan hanya dampak dari proses belajar kita yang berhasil. Sekolah itu untuk
menjadi manusia seutuhnya, punya pengalaman untuk bekal hidup. Dengan sekolah,
pendidik akan mempersiapkan siswanya untuk siap mengahadapi dunia. Dalam
mempersiapkan hal ini, seorang guru harus pintar dalam memilih konsep, dan
media dalam pembelajaran agar siswa dapat berfikir kreatif. Untuk memancing
siswa agar berfikir, maka perlu disusun suatu pembelajaran yang menyenangkan
namun mampu mengasah kreatifitas siswa. Sebagai
guru kita dapat memberikan suatu masalah agar siswa itu dapat berfikir kritis.
Namun sebelumnya guru memberikan penjelasan sedikit saja mengenai bab yang akan
diajarkan lalu memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam memecahkan masalah
yag dipilih. Disini siswalah yang bekerja, namun sesekali guru juga harus turut
membantu mengkoordinir siswanya dalam mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah, serta siswa juga bisa
melaksanakan suatu percobaan kecil agar mengetahui pemecahan masalahnya. Dengan
kegiatan ini maka guru memberikan banyak kesempatan kepada muridnya untuk
berfikir kreatif, inovatif, dan produktif. Dengan belajar seperti ini maka akan
mengasah kecepatan siswa dalam berfikir, melatih kecapakapan siswa. Apakah
tidak ada hambatan dalam melakukan kegiatan berfikir seperti ini? Tentu ada.
Hambatannya ada pada diri siswa sendiri, seperti malu bertanya pada guru atau
teman, takut ide yang akan ia sampaikan dikritik oleh temannya, takut karena
ide yang akan ia sampaikan tidak sebagus temannya. Dengan seperti ini maka
siswa tidak akan lupa mengenai pelajaran yang ia dapatkan. Namun dalam
pembagian kelompok untuk pembelajaran seperti ini, guru bisa membuat suatu
strategi. Misalnya dalam satu kelompok itu terdiri dari anak yang cerdas,
medium, laki-laki, perempuan, agar siswa yang memiliki intelektual medium ini
dapat berkembang serta tidak merasa malu. Biasanya siswa malu jika bertanya
pada gurunya, maka dengan cara ini siswa yang cerdas dapat mengajari siswa yang
medium. Bisa juga dengan kegiatan
bermain sambil belajar. Jadi sebelum guru memberikan materi
yang akan diajarkan, siswa diajak untuk bermainan permainan yang bersangkutan
dengan materi yang akan diajarkan. Nah dengan begini siswa akan merasa senang,
karena mendengar kata bermain saja siswa pasti sudah merasa penasaran permaian
apa yang akan diberikan oleh guru. Meski tak semua pelajaran dapat dibuat
permainan, namun sebisa mungkin guru memberikan waktu dimana untuk bersantai
sejenak. Karena tidak mungkin dengan waktu sembilan puluh menit full siswa akan menyerap materi
pelajaran itu. Bersantai sejenak disini bukan diartikan istirahat lalu tidak
melakukan kegiatan, namun saat pembelajaran bisa diselingi music, film, dan
lain-lain. Jika kegiatan belajar-mengajar dilakukan dengan metode seperti ini
maka siswa akan merasa senang, serta memahami materi tersebut. Jadi kurikulum
2013 ini sangat mendukung siswa untuk selalu berfikir kreatif, tidak hanya
terfokus dengan pemikiran yang itu-itu saja atau harus sama dengan pemikiran
yang ada di buku. Siswa dapat mengembangkannya sendiri dengan bahasa mereka
sendiri, dengan pola pikir yang berbada dengan sudut pandang yang berbeda.
Siswa tidak diajarkan untuk berfikirhanya pada satu sudut saja, namun juga
diajarkan melihat dari banyak sudut.
Meski kurikulum 2013 dilaksanakan
secara bertahap dan mendapat banyak pro dan kontra, namun kurikulum ini dapat
meningkatkan efektifitas berfikir siswa. Karena dalam kurikulum ini terdapat
tambahan jam pelajaran yang dulunya 26 jam dalam seminggu, kini menjadi 30 jam
dalam seminggu. Sehingga guru mempunyai banyak waktu disekolah untuk memberi
tambahan pelajaran pada siswa. Meski membingungkan banyak pihak mengenai
kurikulum 2013, namun yang namanya perubahan itu selalu menuju pada kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar