Jumat, 07 November 2014

laporan statistika "trembesi"



BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Trembesi (Samanea saman) merupakan tanaman cepat tumbuh asal Amerika tengah dan Amerika selatan sebelah utara, yang telah diintroduksi oleh banyak negara tropis. Di tempat barunya mempunyai beberapa nama dalam bahasa Inggris seperti, Rain Tree, Monkey Pod, East Indian Walnut, Saman Tree, dan False Powder Puff. Di Negara sub tropis dikenal dengan nama: Bhagaya Mara (Kanada), Algarrobo (Kuba), Campano (Kolombia), Regenbaum (Jerman), Chorona (Portugis). Di beberapa Negara Asia pohon ini disebut Pukul Lima (Malaysia), Jamjuree (Thailand), Cay Mura (Vietnam), Vilaiti Siris (India) (ILDIS, 2010).
 Indonesia umumnya jenis ini dikenal dengan nama trembesi, dengan nama daerah seperti Kayu colok (Sulawesi Selatan), Ki hujan (Jawa Barat) dan Munggur (Jawa Tengah). Pohon trembesi mudah dikenali dari kanopinya yang berbentuk payung dengan diameter kanopi lebih besar dari tingginya. Karena bentuk kanopinya indah dan luas, trembesi cocok dipergunakan sebagai tanaman pelindung dipinggir jalan besar, bandara atau taman-taman kota, sekaligus penyerap polutan dan karbon. Trembesi digunakan terutama sebagai pohon peneduh dan hiasan, antara lain di Istana Kepresidenan di Jakarta dan Bogor. Perum Perhutani menggunakan trembesi sebagai peneduh di tempat pengumpulan kayu. Dalam rangka upaya pengurangan emisi karbon Indonesia sebesar 26% pada tahun 2020, pemerintah melalui program one man one tree menggalakkan penanaman trembesi karena trembesi diyakini sebagai penyerap karbon yang tinggi. Menurut hasil penelitian Dr. Ir. Endes N. Dahlan, trembesi memiliki daya serap tertinggi diantara pohon penghijauan yaitu sebesar 28 ton/pohon/tahun (Silitonga, 2010).


Daun trembesi dapat digunakan untuk obat tradisional antara lain demam, diare, sakit kepala dan sakit perut (Duke, 1983). Ekstrak daun trembesi memiliki kandungan antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Candida albican dan Xanthomonas. Hasil analisis fitokimia memperoleh data bahwa trembesi mengandung tanin, flavonoid, saponin, steoid, cardiac glycosides dan terpenoid (Prasad et al. 2008; Raghavendra et al. 2008). Biji yang tua bisa diolah sebagai makanan ringan, juga berkhasiat sebagai obat pencuci perut, dengan cara menyeduh biji dengan air panas lalu air seduhan tersebut diminum.
Perubahan preferensi konsumen kearah green commodity dan gerakan back to nature sangat mempengaruhi perkembangan usaha pertanian mendatang. Meningkatnya kesadaran akan kesehatan telah menyebabkan meningkatnya trend (populer) tanaman organik yang mengakibatkan penggunaan pupuk organik dari unggas dan ruminansia meningkat. Permintaan pupuk organik yang semakin tinggi dari unggas maupun ruminansia sehingga semakin sulit diperoleh karena harganya semakin mahal maka, untuk mengatasi masalah ini penggunaan kotoran kelinci merupakan salah satu alternatif sebagai pupuk organik. Kotoran kelinci dikenal sebagai sumber pupuk organik yang potensial untuk tanaman. Ternak kelinci telah tersebar diberbagai wilayah terutama daerah dataran tinggi atau sentra produksi sayuran namun pemanfaatannya belum optimal. Pupuk kelinci yang memiliki kandungan bahan organik C/N : (10–12%), P (2,20–2,76%), K (1,86%), Ca (2,08%), dan pH 6,47–7,52, kandungan tersebut telah memenuhi standar kompos untuk tanaman. (Sajimin,dkk).Berdasarkan uraian diatas penulis melalakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Kotoran Kelinci Terhadap Pertumbuhan Trembesi (Samanea Saman).

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan: Adakah peningkatan pertumbuhan tanaman trembesi dengan pemberian kotoran kelinci?




1.3    Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui peningkatan dan pertumbuhan tanaman trembesi yang diberi kotoran kelinci dan yang tidak diberi kotoran kelinci.
1.4    Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini agar dapat memberikan informasi mengenai berbagai kandungan yang terdapat dalam pupuk kelinci serta mengetahui pengaruh pertumbuhan tanaman trembesi yang diberi kotoran kelinci dan tidak diberi kotoran kelinci.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Tumbuhan Trambesi
2.1.1 Habitat Dan Morfologi Trembesi
Berdasarkan klasifikasi botani, trembesi termasuk dalam:
1.      Kerajaan       : Plantae
2.      Divisi           : Magnoliophyta
3.      Kelas            : Magnoliopsida
4.      Ordo                        : Fabales
5.      Famili           : Fabaceae
6.      Sub Famili    : Mimosoideae
7.      Genus           : Samanea
8.      Spesies         : Samanea saman (Jacquin) Merril
Jenis ini memiliki nama sinonim Mimosa saman, Pithecellobium saman, Inga saman, Albizia saman dan Enterolobium saman (Staples dan Elevitch, 2006; ILDIS, 2010).
Tanaman trembesi aslinya berasal dari Amerika tropis seperti Meksiko, Peru dan Brazil namun terbukti dapat tumbuh di berbagai daerah tropis dan subtropis. Spesies ini sudah tersebar di kisaran iklim yang luas, termasuk diantaranya equator dan monsoon yang memiliki curah hujan rata-rata 600-3000 mm pada ketinggian 0-300 m dpl. Trembesi dapat bertahan pada daerah yang memiliki bulan kering 2-4 bulan, suhu 20o-38oC dimana suhu maksimal saat musim kering 24o-38oC dan suhu minimal saat musim basah 18o-20oC. Pertumbuhan optimum pada kondisi basah dimana hujan terdistribusi merata sepanjang tahun. Trembesi dapat beradaptasi dalam kisaran tipe tanah dan pH yang luas. Tumbuh di berbagai jenis tanah dengan pH tanah sedikit asam hingga netral (6,0-7,4) meskipun disebutkan toleran hingga pH 8,5 dan minimal pH 4,7. Jenis ini memerlukan drainasi yang baik namun masih toleran terhadap tanah tergenang air dalam waktu pendek (Staples dan Elevitch, 2006).
Trembesi dapat mencapai tinggi maksimum 15-25 m. Diameter setinggi dada mencapai 1-2 m. Kanopinya dapat mencapai diameter 30 m. Pohon ini membentuk kanopi berbentuk payung, dengan penyebaran horizontalnya lebih besar dibandingkan tinggi pohon jika ditanam di tempat yang terbuka. Pada kondisi penanaman yang lebih rapat, tingginya bisa mencapai 40 m dan diameter kanopi lebih kecil. Pohon trembesi dapat berbunga sepanjang tahun. Bunga berbentuk umbel (12-25 per kelompok) berwarna pink dengan stamen panjang dalam dua warna (putih dibagian bawah dan kemerahan di bagian atas) yang berserbuk. Ratusan kelompok bunga berkembang bersamaan memenuhi kanopi pohon sehingga pohon terlihat berwarna pink. Penyerbukan dilakukan oleh serangga, umumnya hanya satu bunga perkelompok yang dibuahi. Biji dalam polong terbentuk dalam 6-8 bulan, dan setelah tua akan segera jatuh. Polong berukuran 15-20 cm berisi 5-20 biji. Biji yang berwarna coklat kemerahan, keluar dari polong saat polong terbuka. Biji memiliki cangkang yang keras, namun dapat segera berkecambah begitu kena di tanah. Biji dapat dikoleksi dengan mudah dengan cara mengumpulkan polong yang jatuh dan mengeringkannya hingga tebuka. Dalam satu kilogram terdiri atas 4400-7000 biji. Biji dapat disimpan kering pada suhu 0o-3o C dalam kotak tertutup (Staples dan Elevitch, 2006; Skolmen, tanpa tahun).
2.1.2 Budidaya Pohon Trembesi
Trembesi berkembang biak dengan menghasilkan biji yang berlimpah. Perkembangbiakan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu biji, stek batang (menggunakan tunas vertikal), stek akar dan stump. Jika dibutuhkan dalam skala besar biji dikoleksi untuk disemaikan di persemaian atau dengan cara menanam langsung (direct seeding) di lapangan. Polong dikumpulkan dari bawah pohon induk, setelah polong jatuh. Tidak disarankan untuk memetik polong langsung dari pohon, karena polong memerlukan waktu masak antara 5-8 bulan. Biji yang baru dikumpulkan dapat disemaikan langsung dengan persen berkecambah mencapai 36-50%. Cara untuk mendapatkan persen berkecambah lebih baik, perlakuan pendahuluan sebelum penaburan dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Biji direndam dalam air (5x volume biji) selama 1-2 menit pada suhu 80oC, diaduk-aduk kemudian biji ditiriskan. Biji direndam kembali dalam air hangat, dengan suhu 30-40oC selama 24 jam. Metode ini meningkatkan perkecambahan biji mencapai 90-100%.
(2) Biji direndam dengan air hangat (suhu 400 C) selama 3-4 hari, biji-biji yang mengapung dibuang.
Perkecambahan biji akan tampak 3-5 hari setelah perlakuan penyemaian di tempat teduh, penyiraman secara teratur mempercepat perkecambahan biji (Staples dan Elevitch, 2006). Penyemaian dapat dilakukan pada media pasir  (tempat pembibitan) atau di tanam di polybag yang berukuran 10x20 cm dengan komposisi media 3:1:1 (tanah:pasir:kompos). Biji ditumbuhkan selama 2-4 minggu di bawah naungan, selanjutnya dipindahkan secara bertahap ketempat terbuka. Bibit harus ditanam di tempat terbuka karena bibit tidak akan bertahan hidup jika ditumbuhkan di bawah naungan. Pada kondisi lingkungan yang sesuai trembesi akan tumbuh sangat besar. Di daerah kering perakarannya tumbuh ke dalam. Di daerah basah perakaran tumbuh ke permukaan, sehingga bisa menjadi masalah karena akar trembesi akan berkompetisi dengan tumbuhan dibawahnya dalam menyerap nutrisi.
2.1.3 Pertumbuhan
Trembesi termasuk pohon yang tumbuh dengan tinggi 0,75-1,5 m/tahun. Semai siap tanam setelah berumur 3-5 bulan, memiliki tinggi 20-30 cm. Pertumbuhan awalnya lambat namun memiliki daya hidup yang baik. Setelah dua bulan ditanam, semai akan tumbuh cepat. Bibit yang dipelihara baik, dapat mencapai tinggi 2-3 m dalam 1 tahun. Pohon yang dirawat dengan baik, dapat mencapai diameter 15 cm dalam 5 tahun. Dengan rotasi 10-15 tahun dapat menghasilkan kayu 10-25 m3/ha/tahun. Laju tumbuh tergantung curah hujan, di daerah kering umumnya kurang dari 13 mm per tahun dan tinggi total tidak melebihi 12 m sedangkan di daerah basah pertambahan diameter dapat mencapai 2,5 cm per tahun. Kecepatan tumbuh antara 25-35 m3/ha/tahun (Staples dan Elevitch, 2006).
Pohon ini mempunyai jaringan akar yang besar, panjang dan muncul keluar, sehingga sering kali merusak bangunan di sekitarnya. Selain itu tajuknya yang lebar dan daunnya yang lebat, menghalangi pertumbuhan jenis pohon lain yang berada di bawah naungan tajuknya.

2.1.4 Syarat Tumbuh Trembesi
Samanea saman yang sering disebut dengan Trembesi (Rain tree) merupakan tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau lebih lama di daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry season) atau bahkan dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan tanah. Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-30oC, maksimum temperatur 25-38oC, minimum 18-20oC, temperatur minimum yang dapat ditoleransi 80oC. Tanaman peneduh hujan ini akan tumbuh 15-25 m (50-80 ft) di tempat terbuka dengan diameter kanopi (payung) lebih besar dari tingginya.
Trembesi Samanea saman (Jacq.) Merr.berbentuk melebar seperti payung (canopy), pohon yang masuk dalam sub Famili Mimosaceae dan famili Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. Uniknya, daun pohon saman bisa mengerut di saat-saat tertentu, yaitu 1,5 jam sebelum matahari terbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya setelah matahari terbit. Jika hujan datang, daun-daunnya kembali menguncup. Bentuk dahannya kecil kecil seperti dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar seperti pohon beringin, tetapi tidak simetris alias tidak seimbang. Bijinya mirip dengan biji kedelai, hanya warna cokelatnya lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya berwarna kuning, sementara pada dasar bunga berwarna merah. Buahnya memanjang, berwarna hitam kala masak dan biasa gugur ketika sehabis matang dalam keadaan terpecah. Setiap panjang tangkainya berukuran 7-10 sentimeter.
Trembesi berbentuk melebar seperti payung (canopy), pohon yang masuk dalam sub Famili Mimosaceae dan famili Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. Uniknya, daun pohon saman bisa mengerut di saat-saat tertentu, yaitu 1,5 jam sebelum matahari terbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya setelah matahari terbit. Jika hujan datang, daun-daunnya kembali menguncup. Bentuk dahannya kecil kecil seperti dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar seperti pohon beringin, tetapi tidak simetris alias tidak seimbang. Bijinya mirip dengan biji kedelai, hanya warna cokelatnya lebih gelap. Bunganya menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya berwarna kuning, sementara pada dasar bunga berwarna merah. Buahnya memanjang, berwarna hitam kala masak dan biasa gugur ketika sehabis matang dalam keadaan terpecah. Setiap panjang tangkainya berukuran 7-10 sentimeter (Staples dan Elevitch, 2006).
2.2  Pupuk Kotoran Kelinci
Produk samping yang dapat diperoleh dari usaha budidaya kelinci adalah pupuk organik yang berasal dari kotorannya. Kelinci menghasilkan dua tipe kotoran, yakni yang lunak dan yang keras. Kotoran yang lunak umumnya dikeluarkan pada malam hari untuk selanjutnya dimakan kembali sehingga kita  jarang dapat melihatnya. Kotoran lunak ini pada umunya diselaputi mukosa, mengandung sedikit bahan kering, namun kandungan protein kasarnya cukup tinggi (±28%) serta vitamin D yang bermanfaat bagi ternak yang bersangkutan. Kotoran yang keras dikeluarkan pada siang hari. Kotoran keras mengandung bahan kering yang lebih banyak dibanding kotoran basah, tetapi kandungan protein kasarnya cukup rendah (±9,2%). Pupuk kelinci memiliki kandungan bahan organik C/N: (10–12%), P (2,20–2,76%), K (1,86%), Ca (2,08%), dan pH 6,47–7,52, kandungan tersebut telah memenuhi standar kompos untuk tanaman sayuran dan tanaman pakan. Kotoran kelinci mengandung unsur hara yang tidak kalah bagusnya dengan kotoran ternak lainnya. Uji coba pemanfaatan kotoran kelinci sebagai pupuk organik pada beberapa jenis tanaman sayuran telah pula dilakukan. Ternyata, hasil yang diperoleh dengan menggunakan kotoran kelinci lebih tinggi dibandingkan dengan kotoran ternak ayam (Balai Peneliti Ternak).
Menurut Spreadbury (1978) bahwa kelinci dengan berat badan 1 kg menghasilkan 28,0 g kotoran lunak per hari dan mengandung 3 g protein serta 0,35 g nitrogen dari bakteri atau setara 1,3 g protein. Berdasarkan hasil diatas maka kotoran kelinci sangat berpotensi sebagai pupuk organik untuk tanaman.
2.3  Kerangka konsep
Tanaman trembesi diyakini sebagai penyerap karbon yang tinggi. Pertumbuhan tanaman trembesi dapat mencapai tinggi 2-3 m dalam satu tahun. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal yaitu penggunaan pupuk. Dalam menggunakan pupuk perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, seperti halnya nitrogen, fosfat, dan kalium. Kotoran kelinci mengandung protein serta 0,35 g nitrogen dari bakteri atau setara 1,3 g protein. Secara kimiawi kandungan zat dalam urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, Sulfat, Ca dan mg), zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah kristal kapur dsb). Jadi,                            pupuk kotoran kelinci dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman trembesi.
2.4  Hipotesa
Hipotesa yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah:  Pemberian kotoran kelinci dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman trembesi.















BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian pengaruh pupuk kelinci terhadap pertumbuhan tanaman trembesi metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Dimana dalam penelitian ini, 10 tanaman trembesi diberi kotoran kelinci dan 10 tanaman trembesi lainnya tidak diberi kotoran kelinci sehingga akan diketahui perbedaan antara kedua perlakuan tersebut.

3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan mulai tanggal 3 Januari 2014 hingga 17 Januari 2014. Penelitian dilakukan di daerah kawasan Kampoeng Djawa Universitas Muhammadiyah Malang.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah tanaman trembesi. Sampel penelitian tanaman trembesi sejumlah 20 tanaman.

3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas,  yaitu pemberian kotoran kelinci.
b. Variabel terikat, yaitu pertumbuhan tanaman trembesi.
c. Variabel kendali, yaitu menggunakan tanah sebagai media tanam dan air yang digunakan untuk penyiraman.

3.5 Metode Kerja
3.5.1 Alat dan Bahan
1. Alat
a. Penggaris
b. Sekop

2. Bahan
a.   Polybag, diameter 15 cm                  : 20 buah
b.  Kotoran kelinci                                 : 1 kg  
c.  Tanaman trembesi                             : 20 tanaman
d.      Air
e.       Tanah

3.5.2 Cara Kerja
a.       Menyiapkan alat dan  bahan yang digunakan pada penelitian
b.      Mencampur tanah dan pupuk kelinci dengan perbandingan 3:1
c.       Memasukkan campuran tanah dengan pupuk kelinci ke dalam 10 polybag dan diberi kode A
d.       Memasukkan tanah tanpa pupuk ke dalam 10 polybag dan diberi kode B
e.       Menanam tanaman trembesi pada 10 polybag, baik yang bertanda (A) maupun (B) lalu mengukur tinggi awal tanaman pada polybag (A) maupun polybag (B)
f.       Menempatkan polybag baik A maupun B pada kondisi yang sama
g.      Melakukan penyiraman tiap pagi dengan menggunakan air pada tiap polybag
h.        Mengukur panjang tanaman pada akhir penelitian, dengan mengukur panjang mulai batas sampai dengan ujung titik tumbuh. Lalu mengurangi tinggi tanaman akhir dengan tinggi tanaman awal.

3.6 Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis data kuantitatif yang sebagian besar diolah menggunakan statistik. Dalam eksperimen menggunakan uji T dua sampel bebas dimana jika F hit < F tab maka menggunakan uji T dua sampel bebas homogen, namun jika F hit > F tab maka menggunakan uji T dua sampel bebas heterogen.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan penelitian ini, didapatkan data pertambahan panjang (tinggi) tanaman sebagai berikut:
TABEL 4.1 DATA TINGGI TANAMAN (cm)
Perlakuan
Nomor Sampel Penelitian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
 (diberi pupuk)
4,3
8,2
6,6
6,s8
8,6
5,7
4,5
4,1
4,2
4,9
B
(tidak diberi pupuk)
5,8
5
5,1
6
7,2
6,3
4,8
5,5
5,3
5,4

4.2 Analisis Statistik
Data yang di dapat di analisis dengan uji t. Analisis statistik meliputi uji homogenitas, pemilihan rumus uji t yang sesuai, penghitungan dan penentuan kriteria penolakan.
TABEL 4.2 TABULASI DATA

A
B
N
10
10
5,79
5,64
S2
2,82
0,50



·         F          =                         
=
=
F hit  = 5,64

·         V1    = n-1                             V2   = n-1       
      = 10-1= 9                               =10-1= 9

F tab pada Sujana hal 493, dengan V1= 9 dan V2=9 pada baris pertama = 3,18
Jadi F tab = 3,18 dengan perbandingan F hit > F tab (5,64 > 3,18). Sehingga kesimpulannya variansi heterogen, sehingga digunakan uji t dua sampel bebas variansi heterogen.

·         t =
=
=
=
= 0,26

·         Uji Hipotesa
w1= =    = 0,282
w2=   =   = 0,05





Ø Diketahui α = 5%
t1= (1 – α)                         n – 1 = 10 - 1
= (1  0,05)                          =  9
= 0,95
t1dilihat dari tabel adalah 1,83

t2   = (1 – α)                       n – 1 = 10 - 1
= (1  0,05)                          =  9
= 0,95
t2 dilihat dari tabel adalah 1,83

Ø  t =
=
=
=
= 1,82
·      A > B, Sehingga grafiknya sebagai berikut:
 



                                                    0      0,26     1,82
Kesimpulan: Jadi, uji hipotesa pengaruh pemberian pupuk kelinci tidak  meningkatkan pertumbuhan tanaman trembesi.



4.3 Pembahasan
Perhitungan yang digunakan untuk pengujian hipotesa dapat ditarik kesimpulan bahwa pupuk kelinci tidak dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman trembesi. Jadi, hipotesa pemberian pupuk kelinci meningkatkan pertumbuhan tanaman trembesi ditolak. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara garis besar dikelompokkan menjadi faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yaitu faktor yang terdapat di dalam pohon atau anakan yang secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman berupa sifat genetik pohon, umur pohon, dan sifat fisiologis pohon. Sedangkan faktor luar adalah faktor-faktor lingkungan berupa kondisi tanah dan iklim (Daniel dkk, 1987). Faktor luar yaitu adanya tanaman  lain yang berada dalam polybag. Pada penelitian ini banyak di jumpai tanaman lain seperti rumput dan lain-lain. Sehingga pertumbuhan tanaman terganggu (Anonymous, 2011). Faktor eksternal yang mempengeruhi pertumbuhan tanaman trembesi dalam penelitian ini yang dilakukan selama dua minggu yaitu:
1.      Jadwal penyiraman yang tidak menentu sehingga tanaman trembesi tidak dapat tumbuh optimal dan tanaman trembesi menjadi kekurangan nutrisi. Perolehan data panjang tanaman trembesi berbeda, ada yang mengalami pertumbuhan yang sangat cepat namun ada pula yang lambat.
2.      Kotoran kelinci yang diberikan pada tanaman trembesi merupakan kotoran yang kurang baik karena kotoran kelinci yang diambil sebelumnya itu telah tecampur dengan air hujan, sehingga kotoran kelinci yang awalnya keras menjadi lembek.
3.      Tanaman penggangu yang ada dalam polybag juga ikut mempengaruhi pertumbuhan panjang tanaman trembesi sehingga pertumbuhan tanaman trembesi menjadi tidak sama.





BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwasannya pemberian kotoran kelinci tidak dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman trembesi diakibatkan faktor luar (variabel kendali).

5.2 Saran
Dalam melakukan penelitian, disarankan untuk lebih teliti dalam pemilihan tanaman trembesi yang akan digunakan sebagai eksperimen. Lebih memperhatikan faktor-faktor luar yang dapat menghambat laju pertumbuhan tanaman trembesi. Serta disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan eksperimen dengan perlakuan yang berbeda.  











DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. Kelinci, Ternak Kelinci yang Berfungsi Ganda. Diperoleh tanggal 17 Januari 2014. Dari Http://Www.Pustaka. Litbang.Deptan.Go.Id/ Publikasi/ Wr 252034.Pdf
Anonymous. 2011. Faktor Eksternal Abiotik. Di Pos Kamis, 21 Oktober 2011. Diperoleh tanggal 17 Januari 2014.
Hani, Siti Nuroniah Dan A. Syaffari Kosasih. 2010. Mengenal Jenis Trembesi (Samanea Saman (Jacquin)Merrill) Sebagai Pohon Peneduh. Diperoleh tanggal 17 Januari 2014. Dari http://Forplan. Or.Id/Images/ File/Mitra/ Mitra%20vol_5_No1_2010.Pdf
Matondang, herlan. (Maret, 2013). Pertumbuhan Tanaman Trembesi.  diperoleh tanggal 17 Januari 2014. Dari http://herlanmatondang. blogspot.com /2012/03/ pertumbuhan-tanaman trembesi-samanea.html
Sajimin, Yono C. Rahardjo Dan Nurhayati D. Purwantari. 2010. Potensi Kotoran Kelinci Sebagai Pupuk Organik Dan Pemanfaatannya Pada Tanaman Pakan Dan Sayuran . Diperoleh tanggal 17 Januari 2014. Dari Http:// Www.Digilib.Litbang.Deptan.Go.Id/.Pdf







Tidak ada komentar:

Posting Komentar