BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Trembesi (Samanea saman) merupakan tanaman
cepat tumbuh asal Amerika tengah dan Amerika selatan sebelah utara, yang telah
diintroduksi oleh banyak negara tropis. Di tempat barunya mempunyai
beberapa nama dalam bahasa Inggris seperti, Rain Tree, Monkey Pod, East
Indian Walnut, Saman Tree, dan False Powder Puff. Di Negara
sub tropis dikenal dengan nama: Bhagaya Mara (Kanada), Algarrobo (Kuba),
Campano (Kolombia), Regenbaum (Jerman), Chorona (Portugis).
Di beberapa Negara Asia pohon ini disebut Pukul Lima (Malaysia), Jamjuree
(Thailand), Cay Mura (Vietnam), Vilaiti Siris (India) (ILDIS,
2010).
Indonesia umumnya jenis ini
dikenal dengan nama trembesi, dengan nama daerah seperti Kayu colok (Sulawesi
Selatan), Ki hujan (Jawa Barat) dan Munggur (Jawa Tengah). Pohon trembesi mudah
dikenali dari kanopinya yang berbentuk payung dengan diameter kanopi lebih
besar dari tingginya. Karena bentuk kanopinya indah dan luas, trembesi cocok
dipergunakan sebagai tanaman pelindung dipinggir jalan besar, bandara atau
taman-taman kota, sekaligus penyerap polutan dan karbon. Trembesi digunakan
terutama sebagai pohon peneduh dan hiasan, antara lain di Istana Kepresidenan
di Jakarta dan Bogor. Perum Perhutani menggunakan trembesi sebagai peneduh di
tempat pengumpulan kayu. Dalam rangka upaya pengurangan emisi karbon Indonesia
sebesar 26% pada tahun 2020, pemerintah melalui program one man one tree menggalakkan
penanaman trembesi karena trembesi diyakini sebagai penyerap karbon yang
tinggi. Menurut hasil penelitian Dr. Ir. Endes N. Dahlan, trembesi memiliki
daya serap tertinggi diantara pohon penghijauan yaitu sebesar 28
ton/pohon/tahun (Silitonga, 2010).
Daun trembesi dapat digunakan untuk obat tradisional antara lain
demam, diare, sakit kepala dan sakit perut (Duke, 1983). Ekstrak daun trembesi
memiliki kandungan antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, Candida albican dan Xanthomonas. Hasil analisis fitokimia memperoleh
data bahwa trembesi mengandung tanin, flavonoid, saponin, steoid, cardiac
glycosides dan terpenoid (Prasad et al. 2008; Raghavendra et al. 2008).
Biji yang tua bisa diolah sebagai makanan ringan, juga berkhasiat sebagai obat
pencuci perut, dengan cara menyeduh biji dengan air panas lalu air seduhan
tersebut diminum.
Perubahan preferensi konsumen kearah green commodity dan
gerakan back to nature sangat mempengaruhi perkembangan usaha pertanian
mendatang. Meningkatnya kesadaran akan kesehatan telah menyebabkan meningkatnya
trend (populer) tanaman organik yang mengakibatkan penggunaan pupuk organik
dari unggas dan ruminansia meningkat. Permintaan pupuk organik yang semakin
tinggi dari unggas maupun ruminansia sehingga semakin sulit diperoleh karena
harganya semakin mahal maka, untuk mengatasi masalah ini penggunaan kotoran
kelinci merupakan salah satu alternatif sebagai pupuk organik. Kotoran kelinci
dikenal sebagai sumber pupuk organik yang potensial untuk tanaman. Ternak kelinci telah tersebar diberbagai
wilayah terutama daerah dataran tinggi atau sentra produksi sayuran namun
pemanfaatannya belum optimal. Pupuk kelinci yang memiliki kandungan bahan
organik C/N : (10–12%), P (2,20–2,76%), K (1,86%), Ca (2,08%), dan pH
6,47–7,52, kandungan tersebut telah memenuhi standar kompos untuk tanaman. (Sajimin,dkk).Berdasarkan uraian diatas penulis
melalakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Kotoran
Kelinci Terhadap Pertumbuhan Trembesi (Samanea
Saman).
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
masalah yang dapat dirumuskan: Adakah peningkatan pertumbuhan tanaman trembesi dengan pemberian
kotoran kelinci?
1.3 Tujuan
Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai
berikut: Untuk mengetahui peningkatan dan pertumbuhan tanaman trembesi yang
diberi kotoran kelinci dan yang tidak diberi kotoran kelinci.
1.4 Manfaat
Penelitian
Kegunaan penelitian ini
agar dapat memberikan informasi mengenai berbagai kandungan yang terdapat dalam
pupuk kelinci serta mengetahui pengaruh pertumbuhan tanaman trembesi yang
diberi kotoran kelinci dan tidak diberi kotoran kelinci.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tumbuhan Trambesi
2.1.1 Habitat Dan Morfologi
Trembesi
Berdasarkan klasifikasi botani, trembesi termasuk dalam:
1. Kerajaan : Plantae
2. Divisi : Magnoliophyta
3. Kelas : Magnoliopsida
4. Ordo : Fabales
5. Famili : Fabaceae
6. Sub Famili : Mimosoideae
7. Genus : Samanea
8. Spesies : Samanea saman (Jacquin) Merril
Jenis ini memiliki nama sinonim Mimosa saman, Pithecellobium
saman, Inga saman, Albizia saman dan Enterolobium saman (Staples dan
Elevitch, 2006; ILDIS, 2010).
Tanaman trembesi aslinya berasal dari Amerika tropis seperti Meksiko,
Peru dan Brazil namun terbukti dapat tumbuh di berbagai daerah tropis dan
subtropis. Spesies ini sudah tersebar di kisaran iklim yang luas, termasuk
diantaranya equator dan monsoon yang memiliki curah hujan rata-rata 600-3000 mm
pada ketinggian 0-300 m dpl. Trembesi dapat bertahan pada daerah yang memiliki bulan
kering 2-4 bulan, suhu 20o-38oC dimana suhu maksimal saat
musim kering 24o-38oC dan suhu minimal saat musim basah
18o-20oC. Pertumbuhan optimum pada kondisi basah dimana
hujan terdistribusi merata sepanjang tahun. Trembesi dapat beradaptasi dalam
kisaran tipe tanah dan pH yang luas. Tumbuh di berbagai jenis tanah dengan pH
tanah sedikit asam hingga netral (6,0-7,4) meskipun disebutkan toleran hingga
pH 8,5 dan minimal pH 4,7. Jenis ini memerlukan drainasi yang baik namun masih
toleran terhadap tanah tergenang air dalam waktu pendek (Staples dan Elevitch,
2006).
Trembesi dapat mencapai tinggi maksimum 15-25 m. Diameter setinggi dada
mencapai 1-2 m. Kanopinya dapat mencapai diameter 30 m. Pohon ini membentuk
kanopi berbentuk payung, dengan penyebaran horizontalnya lebih besar
dibandingkan tinggi pohon jika ditanam di tempat yang terbuka. Pada kondisi
penanaman yang lebih rapat, tingginya bisa mencapai 40 m dan diameter kanopi
lebih kecil. Pohon trembesi dapat berbunga sepanjang tahun. Bunga berbentuk umbel
(12-25 per kelompok) berwarna pink dengan stamen panjang dalam dua warna
(putih dibagian bawah dan kemerahan di bagian atas) yang berserbuk. Ratusan
kelompok bunga berkembang bersamaan memenuhi kanopi pohon sehingga pohon
terlihat berwarna pink. Penyerbukan dilakukan oleh serangga, umumnya
hanya satu bunga perkelompok yang dibuahi. Biji dalam polong terbentuk dalam
6-8 bulan, dan setelah tua akan segera jatuh. Polong berukuran 15-20 cm berisi
5-20 biji. Biji yang berwarna coklat kemerahan, keluar dari polong saat polong
terbuka. Biji memiliki cangkang yang keras, namun dapat segera berkecambah
begitu kena di tanah. Biji dapat dikoleksi dengan mudah dengan cara mengumpulkan
polong yang jatuh dan mengeringkannya hingga tebuka. Dalam satu kilogram
terdiri atas 4400-7000 biji. Biji dapat disimpan kering pada suhu 0o-3o
C dalam kotak tertutup (Staples dan Elevitch, 2006;
Skolmen, tanpa tahun).
2.1.2 Budidaya
Pohon Trembesi
Trembesi berkembang biak dengan menghasilkan biji yang berlimpah. Perkembangbiakan
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu biji, stek batang (menggunakan tunas
vertikal), stek akar dan stump. Jika dibutuhkan dalam skala besar biji
dikoleksi untuk disemaikan di persemaian atau dengan cara menanam langsung (direct
seeding) di lapangan. Polong dikumpulkan dari bawah pohon induk, setelah
polong jatuh. Tidak disarankan untuk memetik polong langsung dari pohon, karena
polong memerlukan waktu masak antara 5-8 bulan. Biji yang baru dikumpulkan
dapat disemaikan langsung dengan persen berkecambah mencapai 36-50%. Cara untuk
mendapatkan persen berkecambah lebih baik, perlakuan pendahuluan sebelum
penaburan dapat dilakukan sebagai berikut:
(1) Biji direndam
dalam air (5x volume biji) selama 1-2 menit pada suhu 80oC, diaduk-aduk
kemudian biji ditiriskan. Biji direndam kembali dalam air hangat, dengan suhu 30-40oC selama 24 jam.
Metode ini meningkatkan perkecambahan biji mencapai 90-100%.
(2) Biji direndam dengan air hangat (suhu 400
C) selama 3-4 hari, biji-biji yang mengapung dibuang.
Perkecambahan biji akan
tampak 3-5 hari setelah perlakuan penyemaian di tempat teduh, penyiraman secara
teratur mempercepat perkecambahan biji (Staples dan Elevitch, 2006). Penyemaian
dapat dilakukan pada media pasir (tempat
pembibitan) atau di tanam di polybag yang berukuran 10x20 cm dengan
komposisi media 3:1:1 (tanah:pasir:kompos). Biji ditumbuhkan selama 2-4 minggu
di bawah naungan, selanjutnya dipindahkan secara bertahap ketempat terbuka.
Bibit harus ditanam di tempat terbuka karena bibit tidak akan bertahan hidup
jika ditumbuhkan di bawah naungan. Pada kondisi lingkungan yang sesuai trembesi
akan tumbuh sangat besar. Di daerah kering perakarannya tumbuh ke dalam. Di
daerah basah perakaran tumbuh ke permukaan, sehingga bisa menjadi masalah
karena akar trembesi akan berkompetisi dengan tumbuhan dibawahnya dalam
menyerap nutrisi.
2.1.3 Pertumbuhan
Trembesi termasuk pohon yang tumbuh dengan tinggi 0,75-1,5 m/tahun.
Semai siap tanam setelah berumur 3-5 bulan, memiliki tinggi 20-30 cm.
Pertumbuhan awalnya lambat namun memiliki daya hidup yang baik. Setelah dua
bulan ditanam, semai akan tumbuh cepat. Bibit yang dipelihara baik, dapat
mencapai tinggi 2-3 m dalam 1 tahun. Pohon yang dirawat dengan baik, dapat mencapai
diameter 15 cm dalam 5 tahun. Dengan rotasi 10-15 tahun dapat menghasilkan kayu
10-25 m3/ha/tahun. Laju tumbuh tergantung curah hujan, di daerah
kering umumnya kurang dari 13 mm per tahun dan tinggi total tidak melebihi 12 m
sedangkan di daerah basah pertambahan diameter dapat mencapai 2,5 cm per tahun.
Kecepatan tumbuh antara 25-35 m3/ha/tahun (Staples dan Elevitch,
2006).
Pohon ini mempunyai jaringan akar yang besar, panjang dan muncul keluar,
sehingga sering kali merusak bangunan di sekitarnya. Selain itu tajuknya yang
lebar dan daunnya yang lebat, menghalangi pertumbuhan jenis pohon lain yang
berada di bawah naungan tajuknya.
2.1.4 Syarat Tumbuh Trembesi
Samanea saman yang
sering disebut dengan Trembesi (Rain tree) merupakan tanaman pelindung yang
mempunyai banyak manfaat. Trembesi dapat bertahan 2-4 bulan atau lebih lama di
daerah yang mempunyai curah hujan 40 mm/tahun (dry season) atau bahkan
dapat hidup lebih lama tergantung usia, ukuran pohon, temperatur dan tanah.
Trembesi juga dapat hidup di daerah dengan temperatur 20-30oC,
maksimum temperatur 25-38oC, minimum 18-20oC, temperatur
minimum yang dapat ditoleransi 80oC. Tanaman peneduh hujan ini akan
tumbuh 15-25 m (50-80 ft) di tempat terbuka dengan diameter kanopi (payung)
lebih besar dari tingginya.
Trembesi Samanea
saman (Jacq.) Merr.berbentuk melebar seperti payung (canopy), pohon yang
masuk dalam sub Famili Mimosaceae dan
famili Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa
keteduhan. Uniknya, daun pohon saman bisa mengerut di saat-saat tertentu, yaitu
1,5 jam sebelum matahari terbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya
setelah matahari terbit. Jika hujan datang, daun-daunnya kembali menguncup.
Bentuk dahannya kecil kecil seperti dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar
seperti pohon beringin, tetapi tidak simetris alias tidak seimbang. Bijinya
mirip dengan biji kedelai, hanya warna cokelatnya lebih gelap. Bunganya
menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya berwarna kuning, sementara pada dasar
bunga berwarna merah. Buahnya memanjang, berwarna hitam kala masak dan biasa
gugur ketika sehabis matang dalam keadaan terpecah. Setiap panjang tangkainya
berukuran 7-10 sentimeter.
Trembesi berbentuk
melebar seperti payung (canopy), pohon yang masuk dalam sub Famili Mimosaceae dan
famili Fabaceae ini biasa ditanam sebagai tumbuhan pembawa
keteduhan. Uniknya, daun pohon saman bisa mengerut di saat-saat tertentu, yaitu
1,5 jam sebelum matahari terbenam dan akan kembali mekar saat esok paginya
setelah matahari terbit. Jika hujan datang, daun-daunnya kembali menguncup.
Bentuk dahannya kecil kecil seperti dahan putri malu. Daun ini tumbuh melebar
seperti pohon beringin, tetapi tidak simetris alias tidak seimbang. Bijinya
mirip dengan biji kedelai, hanya warna cokelatnya lebih gelap. Bunganya
menyerupai bulu-bulu halus yang ujungnya berwarna kuning, sementara pada dasar
bunga berwarna merah. Buahnya memanjang, berwarna hitam kala masak dan biasa
gugur ketika sehabis matang dalam keadaan terpecah. Setiap panjang tangkainya
berukuran 7-10 sentimeter (Staples dan Elevitch,
2006).
2.2
Pupuk Kotoran Kelinci
Produk samping yang dapat
diperoleh dari usaha budidaya kelinci adalah pupuk organik yang berasal dari
kotorannya. Kelinci menghasilkan dua tipe kotoran, yakni yang lunak dan yang keras.
Kotoran yang lunak umumnya dikeluarkan pada malam hari untuk selanjutnya
dimakan kembali sehingga kita jarang
dapat melihatnya. Kotoran lunak ini pada umunya diselaputi mukosa, mengandung
sedikit bahan kering, namun kandungan protein kasarnya cukup tinggi (±28%)
serta vitamin D yang bermanfaat bagi ternak yang bersangkutan. Kotoran yang
keras dikeluarkan pada siang hari. Kotoran keras mengandung bahan kering yang
lebih banyak dibanding kotoran basah, tetapi kandungan protein kasarnya cukup
rendah (±9,2%). Pupuk kelinci memiliki kandungan bahan
organik C/N: (10–12%), P (2,20–2,76%), K (1,86%), Ca (2,08%), dan pH 6,47–7,52,
kandungan tersebut telah memenuhi standar kompos untuk tanaman sayuran dan
tanaman pakan. Kotoran kelinci mengandung unsur hara yang tidak
kalah bagusnya dengan kotoran ternak lainnya. Uji coba pemanfaatan kotoran kelinci
sebagai pupuk organik pada beberapa jenis tanaman sayuran telah pula dilakukan.
Ternyata, hasil yang diperoleh dengan menggunakan kotoran kelinci lebih tinggi
dibandingkan dengan kotoran ternak ayam (Balai Peneliti Ternak).
Menurut Spreadbury (1978) bahwa kelinci dengan berat badan 1 kg
menghasilkan 28,0 g kotoran lunak per hari dan mengandung 3 g protein serta
0,35 g nitrogen dari bakteri atau setara 1,3 g protein. Berdasarkan hasil
diatas maka kotoran kelinci sangat berpotensi sebagai pupuk organik untuk
tanaman.
2.3 Kerangka konsep
Tanaman trembesi diyakini sebagai
penyerap karbon yang tinggi. Pertumbuhan tanaman trembesi dapat mencapai tinggi
2-3 m dalam satu tahun. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi
oleh beberapa faktor eksternal
yaitu penggunaan pupuk. Dalam menggunakan pupuk perlu
diperhatikan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, seperti halnya nitrogen,
fosfat, dan kalium.
Kotoran kelinci mengandung protein serta 0,35 g nitrogen dari bakteri atau setara 1,3 g
protein. Secara kimiawi kandungan zat dalam urin diantaranya adalah sampah
nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan
sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit
(Na, Cl, K, Amonium, Sulfat, Ca dan mg), zat toksin (obat, vitamin dan zat
kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah kristal kapur dsb). Jadi, pupuk kotoran
kelinci dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman trembesi.
2.4 Hipotesa
Hipotesa yang dapat dirumuskan pada penelitian ini
adalah: Pemberian kotoran kelinci dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman trembesi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Pada penelitian pengaruh pupuk kelinci terhadap pertumbuhan tanaman trembesi metode yang digunakan
adalah metode eksperimen. Dimana dalam penelitian ini, 10 tanaman trembesi diberi
kotoran kelinci dan 10 tanaman trembesi lainnya tidak diberi kotoran kelinci sehingga akan
diketahui perbedaan antara kedua perlakuan tersebut.
3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan mulai tanggal 3 Januari 2014 hingga
17 Januari 2014. Penelitian dilakukan di daerah
kawasan Kampoeng Djawa Universitas Muhammadiyah Malang.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah tanaman trembesi. Sampel penelitian tanaman trembesi sejumlah 20 tanaman.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas, yaitu pemberian kotoran kelinci.
b. Variabel terikat, yaitu pertumbuhan tanaman trembesi.
c. Variabel kendali, yaitu menggunakan tanah
sebagai media tanam dan air yang digunakan untuk penyiraman.
3.5 Metode Kerja
3.5.1 Alat dan Bahan
1. Alat
a. Penggaris
b. Sekop
2. Bahan
a.
Polybag, diameter 15 cm : 20 buah
b. Kotoran kelinci : 1 kg
c. Tanaman
trembesi : 20 tanaman
d.
Air
e.
Tanah
3.5.2
Cara Kerja
a.
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada penelitian
b.
Mencampur tanah dan pupuk kelinci dengan perbandingan 3:1
c.
Memasukkan campuran tanah dengan pupuk kelinci ke dalam 10 polybag dan diberi kode A
d.
Memasukkan
tanah tanpa pupuk ke dalam 10 polybag dan diberi kode B
e.
Menanam tanaman trembesi pada 10 polybag, baik yang bertanda (A) maupun (B) lalu mengukur tinggi awal tanaman pada polybag (A) maupun polybag (B)
f.
Menempatkan polybag baik A maupun B pada kondisi
yang sama
g.
Melakukan penyiraman tiap pagi dengan menggunakan
air pada tiap polybag
h.
Mengukur panjang tanaman pada akhir penelitian, dengan mengukur panjang mulai batas sampai dengan ujung titik tumbuh.
Lalu mengurangi tinggi tanaman akhir dengan tinggi tanaman awal.
3.6 Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah
dengan menggunakan analisis data kuantitatif yang sebagian besar diolah
menggunakan statistik. Dalam eksperimen menggunakan uji T dua sampel bebas
dimana jika F hit < F tab maka menggunakan uji T dua sampel bebas homogen,
namun jika F hit > F tab maka menggunakan uji T dua sampel bebas heterogen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan penelitian ini, didapatkan data
pertambahan panjang (tinggi) tanaman sebagai berikut:
TABEL 4.1 DATA TINGGI
TANAMAN (cm)
Perlakuan
|
Nomor Sampel Penelitian
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
A
(diberi pupuk)
|
4,3
|
8,2
|
6,6
|
6,s8
|
8,6
|
5,7
|
4,5
|
4,1
|
4,2
|
4,9
|
B
(tidak diberi pupuk)
|
5,8
|
5
|
5,1
|
6
|
7,2
|
6,3
|
4,8
|
5,5
|
5,3
|
5,4
|
4.2 Analisis Statistik
Data yang di dapat di analisis dengan uji t.
Analisis statistik meliputi uji homogenitas, pemilihan rumus uji t yang sesuai,
penghitungan dan penentuan kriteria penolakan.
TABEL 4.2 TABULASI DATA
|
A
|
B
|
N
|
10
|
10
|
x̅
|
5,79
|
5,64
|
S2
|
2,82
|
0,50
|
·
F =
=
=
F hit = 5,64
·
V1 = n-1 V2 = n-1
=
10-1= 9 =10-1= 9
F tab pada Sujana hal 493,
dengan V1= 9 dan V2=9 pada baris pertama = 3,18
Jadi F tab = 3,18 dengan
perbandingan F hit > F tab (5,64 > 3,18). Sehingga
kesimpulannya variansi heterogen, sehingga digunakan uji t dua sampel
bebas variansi heterogen.
·
t =
=
=
=
= 0,26
·
Uji Hipotesa
w1= = = 0,282
w2= = = 0,05
Ø Diketahui α = 5%
t1= (1 – α) n – 1 = 10 - 1
= (1 0,05) = 9
= 0,95
t1dilihat dari
tabel adalah 1,83
t2 = (1 – α) n – 1 = 10 - 1
= (1 0,05) = 9
= 0,95
t2 dilihat dari
tabel adalah 1,83
Ø
t =
=
=
=
= 1,82
·
A > B, Sehingga grafiknya sebagai
berikut:
0 0,26 1,82
Kesimpulan: Jadi, uji
hipotesa pengaruh pemberian pupuk kelinci tidak meningkatkan pertumbuhan tanaman trembesi.
4.3 Pembahasan
Perhitungan yang digunakan untuk pengujian hipotesa dapat
ditarik kesimpulan bahwa pupuk kelinci
tidak dapat
meningkatkan
pertumbuhan tanaman trembesi. Jadi, hipotesa pemberian pupuk kelinci meningkatkan pertumbuhan
tanaman trembesi ditolak. Hal
tersebut disebabkan pertumbuhan
tanaman sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara garis besar
dikelompokkan menjadi faktor dalam dan faktor luar. Faktor
dalam yaitu faktor yang terdapat di dalam pohon atau anakan yang secara
langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman berupa sifat genetik pohon,
umur pohon, dan sifat fisiologis pohon. Sedangkan faktor luar adalah faktor-faktor lingkungan berupa kondisi tanah
dan iklim (Daniel dkk, 1987). Faktor luar yaitu adanya tanaman lain yang berada dalam polybag. Pada penelitian ini banyak
di jumpai tanaman lain seperti rumput dan lain-lain. Sehingga pertumbuhan
tanaman terganggu (Anonymous, 2011). Faktor eksternal yang mempengeruhi pertumbuhan tanaman trembesi
dalam penelitian ini yang dilakukan selama dua minggu yaitu:
1.
Jadwal penyiraman
yang tidak menentu sehingga tanaman trembesi tidak dapat tumbuh optimal dan
tanaman trembesi menjadi kekurangan nutrisi. Perolehan data panjang tanaman
trembesi berbeda, ada yang mengalami pertumbuhan yang sangat cepat namun ada
pula yang lambat.
2.
Kotoran
kelinci yang diberikan pada tanaman trembesi merupakan kotoran yang kurang baik
karena kotoran kelinci yang diambil sebelumnya itu telah tecampur dengan air
hujan, sehingga kotoran kelinci yang awalnya keras menjadi lembek.
3.
Tanaman
penggangu yang ada dalam polybag juga ikut mempengaruhi pertumbuhan panjang tanaman
trembesi sehingga pertumbuhan tanaman trembesi menjadi tidak sama.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwasannya pemberian kotoran kelinci tidak dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman trembesi diakibatkan faktor luar (variabel kendali).
5.2 Saran
Dalam melakukan penelitian, disarankan untuk lebih teliti dalam pemilihan tanaman trembesi
yang akan digunakan sebagai eksperimen. Lebih memperhatikan faktor-faktor luar
yang dapat menghambat laju pertumbuhan tanaman trembesi. Serta disarankan pada
peneliti selanjutnya untuk melakukan eksperimen dengan perlakuan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. Kelinci,
Ternak Kelinci yang Berfungsi Ganda. Diperoleh tanggal 17 Januari 2014.
Dari Http://Www.Pustaka. Litbang.Deptan.Go.Id/
Publikasi/ Wr 252034.Pdf
Anonymous. 2011. Faktor Eksternal Abiotik. Di Pos Kamis,
21 Oktober 2011. Diperoleh
tanggal 17 Januari 2014.
Hani, Siti Nuroniah Dan
A. Syaffari Kosasih. 2010. Mengenal
Jenis Trembesi (Samanea Saman (Jacquin)Merrill)
Sebagai Pohon Peneduh. Diperoleh tanggal 17 Januari 2014. Dari http://Forplan. Or.Id/Images/ File/Mitra/
Mitra%20vol_5_No1_2010.Pdf
Matondang, herlan.
(Maret, 2013). Pertumbuhan Tanaman
Trembesi. diperoleh tanggal 17
Januari 2014. Dari http://herlanmatondang.
blogspot.com /2012/03/ pertumbuhan-tanaman trembesi-samanea.html
Sajimin, Yono C.
Rahardjo Dan Nurhayati D. Purwantari. 2010. Potensi Kotoran Kelinci Sebagai Pupuk Organik
Dan Pemanfaatannya Pada Tanaman Pakan Dan Sayuran . Diperoleh
tanggal 17 Januari 2014. Dari Http://
Www.Digilib.Litbang.Deptan.Go.Id/.Pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar